melalak sendiri Juni 2016
“Adakalanya, setiap orang paling
tidak sekali seumur hidupnya untuk traveling sendiri. Karena hal itu akan
mengasah kepekaan, kepedulian terhadap lingkungan sekitar, kewaspadaan,
tanggungjawab, ketajaman berfikir, melatih mendengarkan dan mempercayai kata
hati serta berkomunikasi dengan Tuhan. “
Yap, ini
adalah segebok cerita tentang perjalanan raga, hati dan spiritual yang ku
lakukan akhir bulan Mei lalu. Tanggal 30 Mei 2016 lalu aku memutuskan untuk
traveling ke Bali, pulau dewata, pulau sejuta pantai, dan pulau yang banyak
orang bilang ”surga”. Bersama gps yang terpasang di sebuah handphone android
sederhana, aku mengumpulkan sejuta keberanian untuk melancong ke Bali, sendiri.
Bila di tempat rental mobil, sewa tanpa sopir disebut selfdrive, maka akuakan menyebut
diri ku self travel – girl self travel.
Sebenarnya
bagi ku mustahil untuk traveling sendiri, karena yang pertama aku tidak punya
pacar dan belum punya suami, belum ada muhrim yang dapat diandalkan saat
traveling. Yang kedua karena aku tipe orang yang sangat tradisional, segalanya
bila belum mendapat restu orang tua rasanya ketidakberuntungan itu ada dan
selalu menghantui.Dulu impian ke bromo pun – lokasi wisata yang hanya 6 jam
dari rumah, harus dikubur dalam-dalam karena ibu bilang jalannya berbahaya,
jangan kesana.Huftt.Hingga bernadzar untuk pergi ke bromo nanti saja bersama
suami ala-ala honeymoon, agaaaar…agar bisa meredam keinginan yang menggebu dan membuat
lebih bersabar, itu saja motifnya.Yang terjadi akhirnya berfikir keras untuk
mencari calon pendamping, agar keinginan kebromo kesampaian. Namun apa di kata,
jodoh belum ketemu sampai 2 tahun sejak aku menginginkannya. Hiks.Mungkin Allah
kasihan padaku, hingga akhirnya aku bertemu wanita-wanita teman kantor yang
suka traveling, jadi…ke bromo nya … kesampaian. Dan Alhamdulillah berkembang ke
jogja, solo, blitar, Surabaya, tanggulangin, sidoarjo, batu, malang, Madura, pasuruan,
prigen, dan situbondo dalam waktu 1 tahun. Amazing !lumayanlah buat ngisi album
di instagram. Haha
Kemudian pada
akhir 2015, aku mengenal seseorang yang super duper dingin. Pria yang di
kenalkan Ibu padaku, meskipun ternyata dulu kami pernah satu kelas di smp
selama 2 tahun. Dalam sebuah percakapan, secara tak sengaja aku menyatakan
keinginan untuk keliling bali. Dia bercerita bahwa sudah melakukannya dan
keinginannya selanjutnya adalah keliling Lombok.Entahlah, waktu itu percakapan
kami begitu mengalir, hingga kami membayangkan mendaki Rinjani.Menikmati
indomie panas secangkir kopi dan sesenti pujaan hati, katanya. That was crazy.
Namun hubungan kami tak selancar seharusnya. Aku memutuskan mundur setelah 6
bulan masa penyelidikan tentang dia. Rasa malu untuk selalu memulai percakapan
lebih dulu menjadi semakin tak tertahankan, stalking di medsosnya membuatku
sedikit banyak tahu tentang alasan mengapa dia sedingin itu dan tidak memberi
secercah cahayapun di dalam ta’aruf ini. Kebetulan disaat yang sama, aku sedang
mengalami masa kebingungan yang luar biasa, dalam kerjaan dan kelanjutan
rencana study s2 ku. Rasanya benar-benar ingin lari dari semuanya.
Tanpa sengaja,
aku menemukan promo pesawat sby-dps pp hanya 400 ribu saja.ada perasaan ragu,
takut, dan berbagai macam pertimbangan untuk tidak segera mengambil kesempatan
ini. Yap, tabungan tipis adalah alasan kuat untuk berpikir 2 kali. Ditambah
lagi, akan rugi pikirku bila disana hanya 2-3 hari saja, namun bagaimana dengan
pekerjaanku ?.seorang engineer yang memiliki jam kerja full –benar-benar full,
senin sampai minggu harus ada di proyek, tak mungkin bisa traveling lama tanpa
ijin pimpinan dan tanpa digerutu teman-teman seproyek, dan yang kemudian pasti
terjadi adalah..pikiran diproyek tapi raga entah ada dimana. Kecuali aku
memiliki jatah cuti. Namun sayangnya hal itu mustahil, karena alasan belum
menikah, kantor tidak memberikan jatah cuti – sama sekali.
Aku tergolong
orang yang terlalu banyak berfikir, terlalu banyak pertimbangan karena aku
ingin semuanya totalitas, dan menghindari penyesalahan sekecil mungkin atas
pilihan-pilihan yang kuambil karena apabila sebuah keputusan sudah kuambil, aku
tidak akan pernah mundur, namun terkadang..sangking lamanya berfikir tidak
jarang stuck di tempat yang sama. Untuk memutuskan beli tiket saja, perlu 1
bulan lamanya untuk mengklik ‘buy’. Ide untuk merayakan ulangtahun ke 27 yang
jatuh 3 bulan pasca kegaluan yang tak berujung, adalah alasan yang kuat untuk
akhirnya tulisan ‘buy’ itu terklik juga.
Berdamai dengan diri sendiri, menghargai hidup hingga mencapai umur yang
matang ini – hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya- membuat aku berfikir
bahwa aku ingin merayakannya dengan cara yang berbeda. I need my real ‘me
time’. Aku memutuskan apapun yang sedang terjadi, aku tidak akan bersedih, aku
ingin bahagia. Dan aku ingin mencari arti kebahagiaan itu tanpa masukan dari
orang lain, sekali-kali, aku ingin tahu bagaimana sebenarnya aku ini. Sisi lain
diriku yang mungkin selama ini belum kumengerti, aku ingin berkenalan dengannya
lebih dekat. Mungkin ini semacam bertapa, soul healing, ah entahlah yang jelas
aku ingin memulai yang baru mengeset semuanya dengan hati dan pikiran yang
jernih, berdamai dengan diri sendiri.
Tanggal ngetrip pun sudah kuputuskan, 30mei
s/d 4 juni 2016. Aku merasa lebih hidup. I have a great project. Aku punya
cita-cita, dan ambisi –sebuah kata yang sudah sangat lama hilang dari diriku. I
am so motivated.Dan ini harus terwujud.Aku akan menghabiskan satu minggu di
pulau itu. Tapi dengan siapakah aku akan kesana ?untuk ke pulau dewata yang
menawarkan ‘surga wisata’ pasti memerlukan tabungan yang cukup – banyak. Tak
ada satu temanpun yang menerima tawaranku karena itu artinya mereka harus absen
kerja selama seminggu.Ingin sekali aku membawa ayah ibu untuk ikut berbagi
kebahagiaan merayakan dan mendoakan aku saat tanggal ulang tahunku tiba. Namun
merekapun tidak bisa, karena menyangka bahwa ini semua hanya wacana dan
bercanda, tidak akan pernah terjadi. Akupun juga tidak mengungkapkan alasan
sesungguhnya kepada mereka.Dari itu semua, aku memutuskan untuk berkelana
sendirian. My real ‘me time’.
Tanggal 24
Februari 2016 pukul 23.45, aku mentransfer uang ke sebuah situs tiket
murah.Pukul 24.00 tiket sby-dps pp sudah ditangan.Oke, sekarang mulai susun
itinerary.Ohh man, aku nggak tau harus kemana dulu.Semuanya blank.Bali
menawarkan berbagai lokasi yang luar biasa banyak untuk sekedar wajib
dikunjungi.Oke fine, ini sulit. Aku harus menentukan dulu mau seperti apa
perayaan ulang tahun ke 27 nanti. Aku ingin membuatnya sacral dan penuh syukur.
Aku tak perlu hingar bingar, cukup aku yang memanjakan diriku,
menulis..pastinya, ya…aku akan mengeluarkan semua hal yang ada di hati dan
pikiranku melalui tulisan yang panjang, sebagai ganti bercerita kepada teman
travelingku yang memang tidak ada. Berkutat dengan pikiran dan ide-ide yang ada
dikepalaku di dalam keheningan.
Keadaan di
proyek semakin hari semakin membuat kepalaku mau pecah.Satu persatu karyawan
mulai dikurangi karena memang proyek tinggal masa retensi.namun hal ini tidak
membuat segalanya menjadi tidak bermasalah. Orang-orang yang diberhentikan
secara mendadak memprotes kepadaku sebagai perwakilan dari perusahaan yang
masih dipertahankan untuk mengurusi segala hal yang tersisa di proyek sambil
menunggu grand opening yang dijadwalkan tanggal 3 April dan diundur menjadi tgl
20 april 2016. Istri – istri mereka mulai mengeluh tidak memiliki uang untuk
membeli beras dan modal usaha. Anak-anak mereka yang dianggap sudah besar, memutuskan
untuk berhenti bersekolah dengan alas an membantu ibu mereka berjualan karena
bapak sudah tidak bekerja. Aku, tidak bisa menutup mata dengan keadaan
ini.Ketidakberdayaanku menangani masalah ini menambah beban dipikiran. Ditambah
lagi perusahaan yang kubela sepenuh hati ternyata tidak memiliki visi yang sama
denganku. Tentang semuanya.
Batas waktu
pendaftaran magisterku akan dimulai pada bulan april. Meskipun jarak proyek
dengan kampus bisa kutempuh dalam 1,5 jam ,, namun berbagai hal persyaratan
pendaftaran yang tidak selesai tepat waktu seperti target-targetku,pontang-panting
membagi waktu antara jam kerja proyek dan mengejar jam kerja kampus untuk
mengejar kelengkapan berkas s2,serta kebingunganku akan bidang keahlian yang
akan kuambil – linier dengan ijasah s1 ataukah linier dengan bidang kerja -
membuatku mengalami masa-masa kebuntuan. Ingin rasanya aku menundanya lagi –
setelah 2 semester yang lalu aku menunda rencana study ini -agar aku
benar-benar tahu dimana aku ingin menyandarkan masa depan. Namun tekanan ibuku
yang mengharuskan untuk mendaftar semester ini seperti alarm yang setiap hari
beliau tanyakan progresnya. Andaikan ibuku memiliki motif yang bisa kuterima
dengan akal sehat dan visiku, mungkin aku tak akan seogah-ogahan ini. Bagi
ibuku, proyek bukanlah lingkup yang cukup luas untuk mencari calon suami.
Beliau berimajinasi bahwa di kampuslah aku akan bertemu dengan orang-orang satu
angkatan yang mungkin disanalah aku akan mendapatkan jodoh. Padahal ibuku tidak
pernah melihat ke sisi lain bahwa di jenjang magister, apalagi di jurusan yang
se Indonesia hanya 5 perguruan tinggi negeri dan 2 perguruan tinggi swasta yang
menyelenggarakan bidang ini, peminatnya tidak akan semembludak jurusan
kedokteran informatika ataupun arsitektur. Hal ini terbukti dari jumlah
mahasiswa angkatan s1 ku hanya terdiri dari 40 orang kemudian berangsur-angsur
menurun menjadi 36 orang saja.itu s1 yang merupakan rangkaian wajib belajar,
lalu bagaimana dengan s2 yang sifatnya sunah ?. peluang mendapatkan jodoh sama
kecilnya dengan ketika aku di proyek. ibuku, tak pernah tahu itu. Yang beliau
yakini adalah jika aku masuk s2 tahun ini, maka aku akan lulus di umur 29
tahun. That’s scary !.
Aku, pada
tahun lalu merasa gagal.Pada ulang tahunku yang ke 26, aku menulis bahwa itu
adalah ‘hari bersar yang terasa kecil’.Aku merasa gagal karena di umur yang
sebanyak itu, aku belum menemukan pendamping.Meskipun itu hanya seorang calon
se-o-rang-ca-lon.Aku masih tersesat di proyek yang tidak sejalan dengan
background s1 ku.Bertahan atas segala masalah serius di proyek yang dating setiap
hari dengan liarnya.Masih terus menerus belajar agar harapanku –yang di
inisiasi oleh ibu- menjadi pns yang tidak jauh dari orang tua bisa terwujud.Aku
sungguh bodoh waktu itu.Tak satupun karunia Allah SWT yang aku syukuri.Hanya
keluhan dan marah pada diri sendiri yang menguasai diri ini.Astagfirullah.Aku
menyesal sekali karena telah berlaku demikian, karena pada dasarnya waktu terus
berjalan, dan sekarang umurku sudah 27.Bagaimanapun juga itu harus kuhadapi,
bukan berlari dan tidak mensyukuri.Karena setiap aku menengok kebelakang, aku
selalu bertanya “sekarang aku sudah 25 tahun, kemana aku dulu yang masih muda,
masih 24 tahun.sekarang aku sudah 26 tahun, kemana aku dulu yang masih muda,
masih 25 tahun. sekarang aku sudah 27 tahun, kemana aku dulu yang masih muda,
masih 26 tahun. “ begitulah seterusnya. Hingga aku menemukan jawaban
pertanyaan-pertanyaanku itu.Bahwa pada umur-umur yang telah aku lewati, aku
merasa bahwa aku sudah tua, sudah seharusnya di tahap ini dan itu. Sibuk
mengejar target yang tak satupun terkejar sempurna. Ketakutan dengan
bertambahnya umur.Khawatir dengan hal-hal normal yang terjadi disekelilingku
namun tak terjadi kepadaku.Hingga akhirnya menyalahkan diri sendiri dan kufur.Astagfirullah.
Aku masih
terus dan terus mencari tahu jurusan apa yang nantinya akan kuambil di jenjang
magister. Berbagai diskusi dengan orang tua, dosen, dan sahabat tidak
memberikan aku titik terang, malah semakin membuatku bingung bukan kepalang.Apayang
ku dengar, yang ku pikirkan dan yang kurasakan belum menemukan kata
sepakat. Hingga aku muak dan secara
sepihak pada tanggal 10 april 2016 memutuskan untuk mendaftar magister di
jurusan yang sama dengan s1 ku namun dengan bidang keahlian yang kelak
membuatku belajar dari nol lagi. Dengan begini aku memaksa untuk mengakhiri
satu dari sekian banyak kegundahan.Mirip perintah ctrl alt del di laptop. Don’t
over think just let it go. Sudah. Karena Allah Sang Pemberi Rejeki. Aku
menyerahkan masa depanku sepenuhnya kepadaNya.Yang jelas, aku memilih keahlian
itu karena aku menginginkannya.Titik.
Tanggal 20
April 2016, adalah jadwal grand opening proyek yang ku kerjakan. Namun 5 hari
sebelum itu diberitakan bahwa pihak jepang belum bisa menghadirinya sehingga
g.o akan diundur sampai tanggal 3 juni 2016. Bila ini benar adanya, maka aku
tidak bisa menghadirinya. Karena kepulanganku dari bali baru tanggal 4 juni
nanti. Dari sinilah, tekad bulatku muncul untuk menyelesaikan semua pekerjaanku
di proyek.Semuanya. Aku bekerja keras untuk menyelesaikan as built drawing dan
merapikan semua arsip yang nantinya akan ku serahkan ke kantor. Semua tagihan
yang bermasalah, inventaris dan lain-lain semakin getol ku follow up ke kantor
pusat agar segera diselesaikan. Hingga akhirnya tgl 5 mei 2016, aku memutuskan
untuk resign. Kos-kosan sudah ku kosongkan, dan kas sudah kuserahterimakan.Tinggal
satu permasalah perijinan ke pemda yang masih menggantung, menunggu disposisi
dari mereka untuk mengeluarkan perijinan. Itulah mengapa aku tidak 100%
menghilang dan meninggalkan jejak setelah resign. Karena aku masih merasa punya
tanggungan yang belum terselesaikan.Aku hanya berfikir bahwa ini adalah waktu
yang tepat untuk menyelesaikan semua tugasku.Dan focus pada proyek berdamai
dengan diri sendiri yang tak terasa sudah didepan mata.
Aku sadar,
banyak orang yang tidak mengerti jalan pikiranku.Bosku, kakaku, sahabatku,
orang-orang di proyek, serta orang tuaku.Sebelum aku pulang kampong kerumah
orang tua untuk setidaknya berbakti kepada mereka –hal yang tak pernah
kulakukan semenjak aku lulus sma dan merantau meninggalkan rumah- aku transit
ke rumah kakakku di Surabaya. Disana ia tak bertanya apa-apa. Hanya terbaca
dari raut mukanya yang memendam banyak tanya atas kedatanganku beserta semua
perkakas dari kosan. Akupun mengatakan padanya bahwa aku memutuskan untuk
berhenti dari pekerjaanku.Ingin pulang kampong sebentar sebelum jadwal
perkuliahan ku tiba.Ayahku, adalah orang yang paling tidak bisa menyembunyikan
kekagetannya saat aku sampai kampung 3 hari kemudian.Sambil mencuci mobil yang
super duper berdebu sangking lamanya tidak sempat kucuci sendiri, ayahku
menanyakan apa hal yang terjadi hingga aku pulang tanpa memberitahu dan
mengangkut semua barang dari kos-kosan. Kepada beliau aku menceritakan semua
yang terjadi di proyek hingga aku tak bisa bertahan lebih lama disana.Dan aku
sudah tau resiko yang harus kuhadapi atas langkah gila ini.Tanpa berkata
apapun, ayah hanya mengangguk kemudian menanyakan apakah semua barangku dikosan
sudah terangkut dan beliau tak membahasnya lagi.
h-7 sebelum
keberangkatanku ke bali, aku disibukkan dengan hotel yang belum terbeli dan
keputusan akan sewa apa disana belum juga selesai. Mau tidak mau aku harus
memfinalkan dulu itinerary dengan sedikit merubah rute perjalanan dan mencoret
beberapa budget yang telah ditetapkan.Maklum, self travel untuk seorang
pengangguran baru. Sedihnyaaaa..beberapa hal mendasar yang kemudian kucoret
dari daftar perjalananku adalah, menginap di hotel yang kolam renangnya di
dalam kamar pada hari h ulang tahunku dan sewa mobil kecil karena alas an
keterbatasan budget. Sewa mobilnya sih masih bisa bayar pikirku, tapi bensin,
tol nusa dua, parkir mobil di setiap tempat wisata yang kukunjungi itu sebuah
pemborosan yang tidak perlu. Yah, meskipun untuk girl self travel disarankan
untuk sewa mobil saja karena lebih aman untuk seorang wanita, namun dengan
syarat tahu jalan, titik. Akhirnya aku menghubungi Pak ketut –yang kudapatkan
nomornya dari internet, thanks internet kamu benar-benar dapat diandalkan- untuk
sewa motor vario dari tanggal 30 mei-4 juni. Dengan perjanjian serah terima
motor di bandara ngurah rai, karena terus terang aku menghindari ongkos taksi dari
bandara-hotel apabila nanti aku minta serah terima motor saat sudah sampai
hotel. Alhamdulillah,,urusan transportasi terselesaikan dengan membayar 60rb
rupiah perhari dan dibayarkan saat nanti sampai di bali.
Dari sebuah
situs hotel murah (pegipegi.com), aku mendapatkan promo hotel 149ribu saja per
malam untuk kamar hotel tanpa sarapan di jalan sunset road dekat simpang dewa
ruci.Q hotel yang kemudian berganti nama menjadi red doorz hotel. Karena aku
tak tahu dimana itu, aku membelinya hanya untuk transit satu malam saja saat
aku sampai di bali karena jadwal kedatangan pesawatku pukul 20.00 wita, cukup
bikin deg-degan untuk girl self travel yang tak tahu medan. Aku memang berencana
nomaden disana, karena banyaknya hotel dan berbagai promo yang menggiurkan tapi
terkadang juga memusingkan, akan rugi pikirku untuk menetap di satu hotel.
Akhirnya aku membeli kamar hotel di situs hotel promo lain (traveloka.com) –situs
promo hotel yang sebelumnya lama-lama tidak membuatku puas karena banyak biaya
ini itu, nggk tau apa kalau costumer nya ini barusan jadi pengangguran -.- gara-gara menggapai cita-cita traveling
keliling bali. Aku menngelontorkan uangku ke hotel gosyen di jalan dewi sri
legian bali yang hanya 161rb permalam untuk kamar tanpa sarapan. Lagi-lagi tak
tahu itu dimana, aku membelinya hanya untuk satu malam tgl 31 mei 2016. Dan,
sangking nggak tau apa-apa tentang bali, aku memutuskan untuk berhenti stalking
hotel murah tapi aman dan nyaman. Belinya nanti saja kalau aku sudah tahu
lokasi-lokasi dibali agar tidak salah pilih hotel.Pusing.Dan pencarianpun
berakhir.
h-5 aku
mengatakan kepada ibuku bahwa aku akan berlibur kebali. Ibuku tertawa dan
berkata ‘jangan main-main’.Hingga akhirnya raut wajah yang tak dapat kuartikan
tersirat diwajah beliau saat aku menunjukkan bukti tiket pesawatku kepadanya.Beliau
hanya terdiam ketika pada akhirnya tahu bahwa aku tidak main-main dan berarti
aku tidak akan ada di dekat beliau ketika hari ulangtahunku. Beberapa saat
kemudian beliau berkata ‘kamu sama siapa ?apa mamah ikut ya? Tapi kok weekday
ya.Mamah masih kerja’ dan akupun tertawa mendengarnya. ‘mamah kemaren aku ajak
nggk mau’ beliau menjawab, ‘mamah kira itu bercanda, kamu nanti sama siapa ?’.
Gelak tawaku pun tumpah saat berulangkali ibuku mengungkapkan
ketidakpercayaannya bahwa aku akan berlibur sendiri, seorang diri.
Kehebohan pun
terjadi saat ibu mengungkapkan kegelisahannya kepada kakakku.Betapa siriknya
dia, kakakku, karena aku bisa jalan-jalan kebali. Dia menelepon suaminya,
memberitahu keponakanku dan heboh akan kenekatanku. Yang akhirnya dia ..nitip
daftar oleh-oleh -.-. Sedangkan ayahku, beliau baru tahu aku akan kebali sehari
sebelum keberangkatanku. Heboh, shock, dan yah mungkin khawatir.Hal yang
membuatku sampai sekarang masih sembab kalau mengingatnya, bahwa ayah dan ibu
masih memberikan uang jajan kepada anaknya untuk jalan-jalan dalam keadaan
menganggur.Semoga Allah SWT senantiasa menyayangi dan mengampuni dosa-dosamu
ayah, ibu.Aamiin.
Hari itu Sabtu
28 Mei 2016, aku mengemasi semua barang yang diperlukan traveling nanti.Laptop
kecil dan Al Quran menjadi barang utama yang tak boleh tertinggal. Alhasil, 1
buah rangsel medium dan tas selempang mini adalah barang-barang yang akan
kubawa kemana-mana selama 1 minggu ke depan. Kakakku, walaupun dari
penampakannya dia adalah orang yang tidak peduli..namun pada hari itu 30 Mei
2016, dia relakan ijin meninggalkan kantor lebih awal karena untuk
mengantarkanku ke bandara Juanda. Sebuah usaha yang membuat hati setiap adik
akan luluh dan bahagia. Pukul 16.00 di hari yang sama, kami mengambil jalur tol
Gunungsari-Juanda untuk mencapai bandara. Disana aku menyaksikan awan yang
sejam sebelumnya cerah berubah gelap.Diujung Surabaya timur aku bisa melihat
pusaran awan gelap dari tanah ke angkasa yang menyeramkan.“Penerbanganmu
sepertinya akan sedikit menakutkan dek “ celutuk kakakku. Dan hujan yang super
deraspun jatuh.Dan yah, penerbanganku akhirnya delay 20 menit akibat cuaca
buruk.Pukul 18.15 aku meminta kakakku untuk pulang karena aku akan naik untuk
boarding. Diruang tunggu keberangkatan, jam sudah menunjukkan pukul 18.30.penerbangan
5 menit terlambat dari jadwal. Langit diluar sangat gelap.Beberapa kali kilat
petir yang mencekam membuatku sangat khawatir. Terngiang lagi di pikiranku
apakah perjalanan nekat yang mebuat khawatir orang tua ini benar-benar salah
?haruskah aku tidak pergi ?. Aku mulai gundah karena waktu menunjukkan pukul
18.50 WIB, ini artinya sudah hamper jam 8 malam waktu Bali waktu Indonesia
tengah. Agak ngeri juga membayangkan saat tiba di tempat yang sama sekali tidak
kukenali itu pada malam hari. Bagaimana jika Bali ternyaata sangat tidak ramah
bagi pelancong wanita yang sendiri ? Ya Rabb, apa ini … haruskah aku
mengurungkan semuanya ?.
Dari luar
kaca-kaca frameless ruang tunggu bandara, masih terlihat berkali-kali kilat
petir menghiasi langit luar yang gelap.Jadwal penerbangan untuk kedua kalinya
di undur 30 menit.Aku, yang sudah lama kufur nikmatNya, dalam puncak
kekhawatiran, memasrahkan semua pada Rabb ku yang Maha Perkasa.Pada akhirnya
memohon keselamatan padaNya, delay lagi nggak apa-apa, sampai sana malam pun
tak masalah, asalkan aku selamat sampai tujuan, karena aku sudah memilih
langkah untuk meneruskan project berdamai dengan diri sendiri ini. Pukul 19.45
akhirnya panggilan terbang untuk tujuan denpasar diperkenankan menuju ke
pesawat.Hujan masih rintik-rintik.
Pesawat yang
kutumpangi tiba di bandara ngurah rai lebih cepat 15 menit dari jadwal
seharusnya.Syukur alhamdulilah pukul 21.15 akhirnya aku bertemu dengan anak
buah Pak Ketut yang mengantar motor sewaanku.Tidak terlalu malam untuk tiba di
sebuah kota antah berantah bertemu dengan orang 100% tidak ada yang pernah
kukenal. Dengan berbekal KTP dan uang 300 ribu, aku sudah bisa membawa motor
sewaan untuk berkenalan dengan sebuah pulau yang dinamakan Bali. Meskipun melihat kondisi motor yang jok depan dilepas,
membuatku sedikit kecewa karena tidak bisa meletakkan air minum atau jajanan
apapun di bawah stang motor seperti biasanya.
Lokasi pertama
yang kutuju adalah atm, karena ternyata … aku tidak membawa uang cash untuk
membayar sewa motor.Untung saja anak muda anak buah pak ketut yang badannya
penuh tato dan kuping bertindik ternyata memiliki hati nurani. Dengan motornya,
dy menggiringku ke atm yang ternyata lumayan jauh. Di jalan kuta di halaman
parker krisna, akhirnya aku membayar uang sewa. Haha
Ingin rasanya
segera menuju hotel karena jadwal kunjungan pertama sesampai di bali
adalah…ingin ke kota denpasar. Ingin tahu seperti apa kota itu. Namun, jarum
petunjuk bahan bakar sudah tidak bisa untuk diajak nyasar mencari lokasi hotel
atas arahan gps. Alhasil,,itinerary spontan berubah dengan kewajiban mencari
pom bensin terdekat, dengan mencicipi jalanan kuta yang seharusnya akan
kukunjungi di H + 2. Dari krisna, aku kekanan menyusuri jalan kuta.Perkiraanku aku
akan meuju pantai kuta di malam yang gelap tapi masih ramai ini. Dan ya, di
depan gapura pintu masuk pantai, aku bertanya arah pom bensin kepada bapak tua
tukang parker. Beliau dengan sopan dan jelas mengarahkanku ke pom bensin
terdekat.Hingga sampailah di pom bensin seberang Park Regis.Disini hampir tidak
terbiasa orang menyebut premium dengan bensin, mereka lebih sering menyebutnya
dengan petrol, ya mungkin karena bule dan penduduk local hidup berdampingan.
Another international island is Bali.
Bersama mbak-mbak
GPS, satu-satunya teman setia yang tegas namun terkadang
ngawur, aku menuju Q hotel/red doorz hotel di jalan By pass Ngurah Rai yang tak
jauh dari Simpang Dewa Ruci. Di pintu keluar pom petrol, aku melaju ke arah
kanan.
ditulis pada Januari 2017
Comments
Post a Comment